Yesus Berani Menghadapi Penderitaan
- seminaritinggikaj
- 30 Okt 2024
- 3 menit membaca
Bacaan Puncta : Lukas 13: 31 - 35
Dibuat oleh : Fr. Gabriel Bhanu Indrastata
Saudari-saudara yang terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendengarkan bacaan tentang kisah pelayanan Yesus di Yerusalem, yang memberikan kisah penuh makna tentang komitmen, keberanian, dan pengorbanan. Dari kisah ini, saya ingin kita merenungkan satu kata yang sangat kuat, yaitu “ancaman.”
Saudari-saudara, dalam hidup, kita semua pernah, atau mungkin sedang, menghadapi situasi di mana kita merasa terancam, merasa ada bahaya yang mendekat atau berada di ambang permasalahan yang besar. Dalam kondisi seperti itu, pilihan yang kerap kita hadapi mungkin adalah antara lari menjauh, menghindar dari ancaman tersebut, atau bertahan dan menghadapi bahaya demi mempertahankan apa yang kita yakini benar dan penting. Ini bukan keputusan yang mudah, tetapi kitab suci membantu kita memahami jalan Yesus dalam menghadapi situasi yang penuh tantangan ini.
Ketika Yesus berada di Yerusalem, Dia tidak hanya menghadapi tantangan, tetapi juga ancaman yang sungguh-sungguh terhadap hidup-Nya. Bacaan tadi mengisahkan bahwa Yesus sudah mendengar kabar tentang ancaman Herodes yang ingin membunuh-Nya. Ancaman ini muncul karena ajaran-ajaran Yesus yang penuh kasih dan belas kasih, yang dianggap terlalu baru dan tidak sesuai dengan harapan serta tradisi masyarakat Yahudi saat itu. Yerusalem menolak-Nya, dan banyak yang tidak dapat menerima kehadiran Yesus sebagai Mesias karena mereka memiliki gambaran lain tentang siapa Mesias itu.
Yesus sadar sepenuhnya bahwa Yerusalem adalah tempat di mana para nabi sebelumnya juga mengalami penderitaan dan bahkan kematian. Nama-nama nabi besar seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Zakharia, dan Mikha menjadi saksi bagaimana kota itu sering menolak para utusan Tuhan. Namun, Yesus tetap memilih untuk bertahan di Yerusalem. Dia tetap melanjutkan pelayanan-Nya di kota yang penuh ancaman tersebut, bukan untuk melawan para penentang-Nya, tetapi untuk menyelesaikan misi utama-Nya yaitu menyelamatkan umat manusia. Yesus tidak membalas ancaman itu dengan kekerasan atau dengan melarikan diri, melainkan dengan keberanian dan pengorbanan.
Contoh keberanian seperti ini tidak hanya terdapat pada Yesus. Untuk memberikan gambaran yang lebih nyata tentang bagaimana kita bisa meneladani Yesus, saya ingin memperkenalkan seorang imam dari Nigeria bernama Pater Thomas Oyode. Saya mendapatkan cerita ini dari “vatikannews”. Beliau adalah rektor di Seminari Menengah Immaculate Conception, di Keuskupan Auchi, Nigeria. Pada Minggu malam, 27 Oktober sekitar pukul 7 malam, para seminaris dan para imam di sana sedang berdoa bersama ketika tiba-tiba mereka diserang oleh kelompok bersenjata Boko Haram.
Dalam serangan ini, Boko Haram menculik dua orang seminaris dan hendak menjadikan mereka sandera dengan tuntutan tebusan. Di saat situasi yang mencekam itu, Pater Oyode tidak memilih untuk lari atau berlindung, tetapi ia mendekati kelompok bersenjata itu dan membuat negosiasi berani dengan mereka. Pater Oyode menawarkan dirinya sebagai gantinya, agar kedua seminaris yang diculik bisa dibebaskan. Dalam tindakan pengorbanan yang sangat berani itu, kedua seminaris tersebut akhirnya dibebaskan, sementara Pater Oyode dibawa oleh kelompok tersebut.
Saudari-saudara yang terkasih, kisah Pater Oyode ini menggambarkan seorang imam yang menghadapi ancaman besar dengan keberanian dan cinta kasih. Beliau tidak gentar demi keselamatan orang lain. Mirip dengan kisah Yesus yang tidak lari dari Yerusalem meski berada di bawah ancaman, Pater Oyode menunjukkan sikap yang sama: tidak meninggalkan panggilannya untuk melayani, walau itu berisiko pada hidupnya sendiri. Di Nigeria, para imam dan umat Katolik sering menghadapi ancaman serupa karena ketegangan antaragama dan etnis yang kerap berujung pada penculikan dan kekerasan. Namun, mereka tidak lari. Mereka tetap berdiri teguh, melayani umat mereka, dan memberikan kesaksian tentang keselamatan yang dijanjikan Tuhan Yesus Kristus.
Untuk menyimpulkan renungan kita hari ini, saya ingin memberikan empat kata ajaib sebagai pegangan bagi kita semua: “Yesus Berani Menghadapi Penderitaan.” Keberanian Yesus dalam menghadapi penderitaan adalah teladan yang menginspirasi kita untuk tidak lari dari masalah atau menghadapi masalah dengan cara yang destruktif. Sebaliknya, kita diajak untuk berani menghadapi masalah dengan hati yang teguh, dengan keyakinan bahwa dalam setiap masalah, kita bisa belajar, berkembang, dan menemukan solusi.
Saat ini, mungkin ada dari kita yang sedang merasa bahwa masalah yang kita hadapi terlalu besar, seakan-akan kita tidak sanggup menghadapinya. Ingatlah, saudara-saudari, bahwa di luar sana, ada orang-orang seperti Yesus dan Pater Oyode yang menghadapi tantangan besar, tetapi tetap teguh karena kasih dan iman mereka. Jika mereka bisa, kita pun bisa. Tuhan mengajarkan kita bahwa setiap penderitaan bisa membawa kita lebih dekat kepada-Nya, asalkan kita berserah dan tetap berpegang pada iman kita.
Semoga Tuhan memberkati kita semua dan memberi kita kekuatan untuk berani menghadapi segala tantangan dalam hidup, dengan penuh iman dan kasih. Amin

Gambar: Taman JPII di Wisma Cempaka Putih Timur
Comments