top of page
Postingan Instagram Projak.jpg

"Kesatuan Duniawi Membawa kepada Persatuan Ilahi"

Bacaan Puncta : Matius 28 : 16-20

Dibuat oleh : Fr. Steven Satria Putra


Dalam bacaan Injil Markus kita diundang secara langsung oleh Yesus Kristus untuk menjadi pribadi yang solider dengan sesama terutama untuk mencapai dan mempertahankan persatuan.


Jelas sekali pada akhir-akhir ini, banyak terjadi perpecahan dan perselisihan. Baik antar umat ataupun antar masyarakat. Hal ini di latar belakangi oleh perbedaan pandangan politik, dlsb. Hal ini sangat relevan dengan pesan Yesus dalam Injil.


Injil ini membahas tentang konsep Tritunggal Mahakudus. Di mana dalam 3 pribadi (Bapa, Putra dan Roh Kudus) terjadi suatu kesatuan ilahi. Bapa sebagai pencipta serta prinsip pertama, Putra sebagai sabda yang hidup sehingga Allah yang dahulu dikenal bersifat abstrak kini menjadi Allah yang nyata serta dekat dengan pribadi manusia dan Roh Kudus sebagai Roh Pemersatu yang mengarahkan karya Allah Tritunggal menjadi memiliki satu visi yang sama, yaitu menyatakan karya keselamatan bagi setiap pribadi manusia (Konsep Tritunggal dan Seteriologis). Hal ini merupakan landasan bagi kita dalam menghadapi ketegangan sosial saat ini. Walaupun di antara kita berbeda pandangan, tetapi kita harus dapat menjaga kesatuan dan kerukunan seturut dengan teladan kodrat Allah.

    

Dalam Injil Markus diungkapkan bahwa di saat beberapa murid ragu dengan kebangkitan Yesus, Ia menguatkan mereka dan memerintahkan mereka untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus serta Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.

    

Dalam Injil ini tersirat pesan agar kita dapat mewujudkan segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya kepada segala bangsa. Kata ‘Baptis’ dalam Injil ingin menggambarkan suatu makna ‘pemurnian diri dari dosa’ seperti amarah, sentimen, perselisihan, dlsb. Yesus Kristus mengajak kita untuk dapat menyingkirkan dan melawan segala pengaruh roh jahat di dalam perselisihan sosial yang membuat kita menjauh dari-Nya. Melalui Injil Markus ini kita diajak untuk menjadi pribadi yang solider terhadap sesama.

    

Sebagai langkah konkret, pada tahun lalu Keuskupan Agung Jakarta mengusung tema APP “Solidaritas dan Subsidiaritas” dan pada tahun ini “Kepedulian Lebih pada yang Lemah dan Miskin”. Tema ini tentu sangat relevan dengan konteks kehidupan saat ini. Di mana melalui tema ini, kita diarahkan untuk menghargai perbedaan dan solider dengan sesama. Tentu hal ini bukan hanya slogan semata melainkan suatu gerakan komunal yang terbatinkan. Kita sungguh diajak untuk merangkul seluruh pribadi yang kita temui tanpa melihat segala perbedaan yang ada. Ke luar dan temuilah pribadi-pribadi itu dan ulurkanlah tangan kalian untuk membantu dan bersalaman menjalin suatu relasi yang positif.

Di dalam Gereja Katolik, perihal beriman dikenal 2 jenis relasi, yaitu relasi vertikal dan horizontal. Kedua relasi ini sungguh tampak dalam teladan Yesus Kristus. Perihal relasi vertikal, Yesus memberi teladan saat Ia berdoa kepada Bapanya di Taman Getsemani. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing Pribadi Allah memiliki kesadaran dan kebebasan penuh. Namun, Pribadi yang satu tidak pernah bertindak sendiri-sendiri atau bertentangan dengan yang lain (Konsep Tritunggal). Perihal teladan Yesus dalam relasi horizontal terlihat jelas pada sikapnya yang toleran terhadap sesama bahkan terhadap orang-orang yang membencinya (Konsep Sosial). Yesus bahkan sering melakukan mukjizat-mukjizat untuk menegaskan relasi vertikal dan horizontal ini.

Didasarkan oleh teladan Yesus ini. Kita diajak untuk dapat menjadi pribadi beriman yang seimbang. Relasi vertikal sungguh penting sebagai gambaran keintiman pribadi dengan Allah, namun ada satu hal yang tak kalah penting, yaitu relasi horizontal terhadap sesama. Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Oleh sebab itu marilah kita implementasikan secara nyata iman kita dengan bertindak sebagai anggota komunitas bahkan sebagai warga negara yang baik dengan mewujudkan dan menjaga persatuan serta kerukunan karena hal ini sungguh selaras dengan perintah dan teladan Allah. Marilah kita wujudkan kesatuan di dunia ini hingga kelak hal ini akan membawa kita kepada Persatuan Ilahi. Semoga spirit persatuan Allah Tritunggal Mahakudus selalu menyertai kita dan menuntun kita ke arah persatuan yang konstruktif.

 

Pertanyaan reflektif:

  1. Apakah pengalaman kita dalam membangun hubungan dan komunitas di dunia ini mencerminkan aspek-aspek dari persatuan ilahi?

  2. Sejauh mana upaya kita dalam menciptakan keharmonisan dan perdamaian di bumi berkontribusi pada pemahaman kita tentang kesatuan dengan Tuhan?


Gambar : Patung Salib Tritunggal Mahakudus
Gambar : Patung Salib Tritunggal Mahakudus

Comments


bottom of page