Bacaan Puncta : Lukas 7:36-50
Dibuat oleh : Fr. Aloysius Gonzaga Arif Perkasa
“Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.”
-Lukas 7:37-
Bacaan injil yang telah kita dengarkan bersama menceritakan bagaimana iman seorang perempuan yang begitu besar sehingga ia diampuni dosanya oleh Yesus. Namun dalam permenungan kita pada kali ini, saya tidak akan memberikan bahan refleksi kita, bahwa bagaimana kasih Tuhan yang begitu besar kepada umat-Nya, karena kita-pun sudah tahu, menyadari, percaya dan mengimani bahwa Tuhan itu adalah maha pengasih dan penyayang. Pada malam hari ini, saya ingin menawarkan sebuah hasil permenungan saya yang bisa saya bagikan kepada teman-teman sekalian, yaitu perihal kerendahan hati. Mungkin hal ini sudah seringkali kita dengarkan bersama, namun ada baiknya jika kita menyadarinya kembali dan merefleksikan kembali akan hal tersebut.
Kisah perempuan yang berdosa yang diceritakan oleh injil Lukas ini, memberikan pesan kepada kita, bahwa makna dari pertobatan yang sesungguhnya, ialah di mana kita mau rendah hati datang kepada-Nya dengan tulus dan niat yang murni. Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh perempuan yang berdosa ini, di mana dengan kerendahan hatinya, niatnya sampai membawa buli-buli pualam dan ketulusannya untuk mencium kaki Yesus. Memang, kita sudah tahu sebelumnya dan percaya bahwa Tuhan telah mengampuni dosa-dosa kita sejak awal dengan berkat kedatangan-Nya dan berkat penebusan di kayu salib-Nya. Namun, dalam permenungan saya, pertobatan semacam ini menjadi tidak murni, karena seakan tanpa datang kepada-Nya pun dosa kita telah diampuni. Makna penyesalan dan pertobatan bagi saya yang sesungguhnya ialah di mana kita sama seperti perempuan dalam injil yang akan kita dengarkan esok hari, yang dengan kerendahan hati, menyesali perbuatan kita dan datang kepada-Nya dengan niat yang tulus.
Baik kita sadari pula, bahwa kerendahan hati itu pertama-tama dilakukan terlebih dahulu kepada sesama kita, khususnya kepada komunitas ini. Karena saya merefleksikan, bahwa bagaimana kita mau rendah hati dihadapan-Nya, jika kita sendiri sebagai pribadi belum menjadi orang yang rendah hati kepada sesama kita. Oleh karena itu, penting bagi kita agar kita terus semakin memperjuangkan dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih rendah hati lagi. Bisa kita mulai dengan hal-hal yang kecil, seperti menghargai orang lain, mau terbuka, tersenyum dan masih banyak lagi. Nilai inilah yang dapat kita bangun dan kita upayakan untuk menjalaninya dengan kesetiaan.
Yang menjadi pertanyaan reflektif bagi kita ialah, nilai kerendahan hati apa yang hendak aku bangun dan aku perjuangkan dalam kehidupanku
Gambar : Komunitas Seminari Tinggi KAJ Ziarah di Selapajang
Commentaires