Bacaan Puncta : Lukas 15: 1-10
Dibuat oleh : Fr. Albertus Danu Bagaskoro
"Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
Saudari-saudara yang terkasih dalam Kristus,
Dalam bacaan injil hari ini mengisahkan tentang perumpamaan domba yang tersesat, ketika membaca injil tersebut saya teringat akan sebuah peristiwa yang saya alami ketika berada di seminari menengah. Pada waktu itu saya terkena sebuah masalah yang cukup serius sehingga harus mendapatkan sebuah peringatan, kejadian itu terjadi pada hari sabtu malam dan di hari minggunya saya dan keenam teman saya malu dan takut sehingga tidak berani datang ke ruang makan untuk makan siang. Kami memilih untuk menunggu makan siang selesai dan barulah kami makan siang. Di malam hari ada acara sidang akademi (Latihan berbicara di depan umum) yang mana pada waktu itu moderatornya adalah frater pamong yang juga hadir dalam masalah saya, setelah sidang akademi ini selesai kami bertujuh dipanggil untuk maju kedepan dan setelah itu kami disuruh membuat lingkaran, Teman angkatan kami pun disuruh maju juga dan membuat lingkaran diluar lingkaran kami setelah itu kami berdoa bersama. Dalam momen tersebut saya merasa disupport dan dimaafkan oleh teman angkatan saya dan setelah itu barulah kami kembali ke komunitas.
Dalam bacaan injil pada hari ini mengisahkan tentang perumpamaan seekor domba yang hilang. Dalam bacaan ini Yesus menampakan kepada kita bahwa Dia adalah sosok gembala yang baik, bayangkan saja jika ia harus meninggalkan 99 domba untuk mencari 1 domba yang tersesat. Sosok gembala baik ini juga ditampakan kepada kita dengan tindakan Yesus yaitu mencari, kasih Kristus tidak berhenti dalam cinta kasih saja namun Kristus mau untuk turun dan memberikan bentuk aksinya kepada kita. Sebagai gembala Yesus juga mengenal kita dengan baik setiap masing-masing pribadi, berdasarkan informasi yang saya dapat ketika seorang gembala ingin membawa pergi domba-dombanya ke ladang, gembala tersebut pasti memperhatikan dengan jelas domba-dombanya sehingga gembala tersebut mengenal domba-dombanya. Begitu juga Tuhan Yesus, ketika kita lahir ke dunia mungkin Tuhan memperhatikan kita sehingga Dia mengenal kita. Tanda dikenal sebagai bentuk Tuhan menghargai kita, bukan hanya orang dengan kalangan teratas namun Tuhan menghargai setiap manusia sampai ke kalangan yang berada dibawah seperti para pendosa ataupun kaum yang dijauhi masyarakat.
Di satu sisi mari kita lihat sebagai kawanan domba, dalam injil dituliskan bahwa “jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun” Ia meninggalkan dipadang gurun bukan padang rumput. Hal ini jelas bahwa padang gurun merupakan simbol ketidaknyamanan, ketika kita ditinggal dalam padang gurun yang mungkin sangat jarang ada air ataupun rumput pasti ada rasa jengkel seperti “Kemana nih 1 ini gara-gara dia kita harus nungguin” dalam hal ini kita pun ditantang untuk maukah kita tetap bertahan untuk menunggu gembala dan domba yang hilang kembali? Dan ketika domba tersebut kembali apakah kita mau untuk mengampuninya atau malah menghakiminya?
Poin reflektif yang mungkin dapat kita renungkan yaitu apakah kita tetap mau berada dalam kegelapan disaat Tuhan Yesus terus menerus menawarkan terang kepada kita? apakah kita tetap mau menjadi manusia lama dan tidak mau berubah menjadi manusia baru? Dan jika kita mau berubah menjadi manusia baru langkah konkret apa yang ingin kita lakukan untuk menjadi manusia baru?
Terpujilah Engkau Bapa kini dan sepanjang masa, Amin.
![](https://static.wixstatic.com/media/2284fe_b2cebcf1ecd0435cb99cb457cc4058ec~mv2.jpg/v1/fill/w_961,h_1280,al_c,q_85,enc_auto/2284fe_b2cebcf1ecd0435cb99cb457cc4058ec~mv2.jpg)
Gambar : Perjalanan pulang para frater setelah mengikuti program PMI
Comments